Minggu, 07 Desember 2008

Cinta tanpa syarat


Lima tahun usia pernikahanku dengan Ellen sungguh masa
yang sulit.
Semakin hari semakin tidak ada kecocokan diantara kami.

Kami bertengkar karena hal-hal kecil. Karena Ellen lambat membukakan pagar saat aku pulang kantor.
Karena meja sudut di ruang keluarga yang ia beli tanpa membicarakannya denganku, bagiku itu hanya membuang uang saja.

Hari ini, 27 Agustus adalah ulang tahun Ellen. Kami bertengkar pagi ini karena Ellen kesiangan membangunkanku. Aku kesal dan tak mengucapkan selamat ulang tahun padanya, kecupan di
keningnya yang biasa kulakukan di hari ulang tahunnya tak mau kulakukan. Malam sekitar pukul 7, Ellen sudah 3 kali menghubungiku untuk memintaku segera pulang dan makan malam bersamanya, tentu saja
permintaannya
tidak kuhiraukan.
Jam menunjukkan pukul 10 malam, aku merapikan meja kerjaku dan beranjak pulang. Hujan turun sangatderas, sudah larut malam tapi
jalan di tengah kota Jakarta masih saja macet, aku benar-benar dibuat kesal oleh keadaan. Membayangkan pulang dan bertemu dengan Ellen membuatku semakin kesal!
Akhirnya aku sampai juga di rumah pukul 12 malam, dua jam perjalanan kutempuh yang biasanya aku hanya membutuhkan waktu 1 jam untuk sampai di rumah.

Kulihat Ellen tertidur di sofa ruang keluarga. Sempat aku berhenti di hadapannya dan memandang wajahnya. "Ia sungguh cantik" kataku dalam hati, "Wanita yang menjalin hubungan denganku selama 7 tahun sejak duduk di bangku SMA yang kini telah kunikahi selama 5 tahun, tetap saja cantik". Aku menghela nafas dan meninggalkannya pergi, aku ingat kalau aku sedang kesal sekali dengannya.

Aku langsung masuk ke kamar. Di meja rias istriku kulihat buku itu, buku coklat tebal yang dimiliki oleh istriku. Bertahun-tahun Ellen menulis cerita hidupnya pada buku coklat itu. Sejak sebelum menikah, tak pernah ia ijinkan aku membukanya. Inilah saatnya! Aku tak mempedulikan Ellen, kuraih buku coklat itu dan kubuka halaman demi halaman secara acak.

14 Februari 1996. Terima kasih Tuhan atas pemberianMu yang
berarti
bagiku, Vincent, pacar pertamaku yang akan menjadi pacar
terakhirku.

Hmm. aku tersenyum, Ellen yakin sekali kalau aku yang akan
menjadi
suaminya.

6 September 2001, Tak sengaja kulihat Vincent makan malam
dengan
wanita lain sambil tertawa mesra. Tuhan, aku mohon agar
Vincent tidak
pindah ke lain hati.

Jantungku serasa mau berhenti...

23 Oktober 2001, Aku menemukan surat ucapan terima kasih
untuk
Vincent, atas candle light dinner di hari ulang tahun
seorang wanita
dengan nama Melly. Siapakah dia Tuhan? Bukakanlah mataku
untuk apa
yang Kau kehendaki agar aku ketahui.

Jantungku benar-benar mau berhenti. Melly, wanita yang
sempat dekat
denganku disaat usia hubunganku dengan Ellen telah
mencapai 5 tahun.
Melly, yang karenanya aku hampir saja mau memutuskan
hubunganku dengan
Ellen karena kejenuhanku. Aku telah memutuskan untuk tidak
bertemu
dengan Melly lagi setelah dekat dengannya selama 4 bulan,
dan
memutuskan untuk tetap setia kepada Ellen. Aku sungguh tak
menduga
kalau Ellen mengetahui hubunganku dengan Melly.

4 Januari 2002, Aku dihampiri wanita bernama Melly, Ia
menghinaku dan
mengatakan Vincent telah selingkuh dengannya. Tuhan, beri
aku kekuatan
yang berasal daripadaMu.

Bagaimana mungkin Ellen sekuat itu, ia tak pernah
mengatakan apapun
atau menangis di hadapanku setelah mengetahui aku telah
mengkhianatinya.

14 Februari 2002, Vincent melamarku di hari jadi kami yang
ke-6. Tuhan
apa yang harus kulakukan? Berikan aku tanda untuk
keputusan yang harus
kuambil.

14 Februari 2003, Hari minggu yang luar biasa, aku telah
menjadi
Nyonya Alexander Vincent Winoto. Terima kasih Tuhan!

18 Juli 2005, Pertengkaran pertama kami sebagai keluarga.
Aku harap
aku tak kemanisan lagi membuatkan teh untuknya. Tuhan,
bantu aku agar
lebih berhati-hati membuatkan teh untuk suamiku.

7 April 2006, Vincent marah padaku, aku tertidur pulas
saat ia pulang
kantor sehingga ia menunggu di depan rumah agak lama.
Seharian aku
berada mall mencari jam idaman Vincent, aku ingin
membelikan jam itu
di hari ulang tahunnya yang tinggal 2 hari lagi. Tuhan,
beri kedamaian
di hati Vincent agar ia tidak marah lagi padaku, aku tak
akan tidur di
sore hari lagi kalau Vincent belum pulang walaupun aku
lelah.

Aku mulai menangis, Ellen mencoba membahagiakanku tapi aku
malah
memarahinya tanpa mau mendengarkan penjelasannya. Jam itu
adalah jam
kesayanganku yang kupakai sampai hari ini, tak kusadari ia
membelikannya dengan susah payah.

15 November 2007, Vincent butuh meja untuk menaruh kopi di
ruang
keluarga, dia sangat suka membaca di sudut ruang itu.
Tuhan, bantu aku
menabung agar aku dapat membelikan sebuah meja, hadiah
Natal untuk
Vincent.

Aku tak dapat lagi menahan tangisanku, Ellen tak pernah
mengatakan
meja itu adalah hadiah Natal untukku. Ya, ia memang
membelinya di
malam Natal dan menaruhnya hari itu juga di ruang
keluarga.

Aku sudah tak sanggup lagi membuka halaman berikutnya.
Ellen sungguh
diberi kekuatan dari Tuhan untuk mencintaiku tanpa syarat.
Aku berlari
keluar kamar, kukecup kening Ellen dan ia terbangun.
"Maafkan aku
Ellen, Aku mencintaimu, Selamat ulang tahun."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar